Last Updated on 28 March 2025 by Adha Susanto
Estimated reading time: 9 minutes
Saking uniknya orang suku Bajau menjadi inspirasi sebuah film Hollywood berjudul Avatar: The Way of Water. Dan berikut enam keunikan suku Bajau atau orang laut yang tersebar di beberapa negara Asia Tenggara.
Sejarah mencatat bahwa Suku Bajau termasuk salah satu dari empat suku di Indonesia yang hidup dengan budaya maritim.
Adanya mereka telah memberikan kontribusi besar terhadap Nusantara yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan juga bahasa.
Walau suku Bajau disebut sebagai suku yang berwawasan maritim, tapi negara kita belum bisa menjadi negara yang sepenuhnya berwawasan maritim.
Wawasan sebagai negara maritim sebenarnya sudah ada. Tapi itu terjadi pada zaman prasejarah Indonesia, yakni pada zaman kerajaan Nusantara yang terdiri dari kerajaan Sriwijaya, Majapahit, dan Demak.
Kerajaan-kerajaan tersebut telah berkontribusi dalam membangun wawasan dan kejayaan maritim di Nusantara.
Ajaran Islam pun menjadi sejarah begitu besarnya pengaruh kerajaan dan juga aktivitas perdagangan melalui laut pada zaman dulu.
Orang-orang suku Bajau juga tidak lepas dari pengaruh kehidupan orang-orang berbudaya maritim zaman dulu.
Hingga saat ini, keunikan suku Bajau tetap dapat dikenali melalui cara mereka membangun komunitas sebagai orang laut yang sepenuhnya bergantung pada sumber daya dari laut untuk kehidupan mereka.
Penasaran apa saja keunikan dari suku satu ini.
Yuk, simak enam daftar keunikannya berikut ini!
Baca Juga: Sejarah Maritim Indonesia
Daftar Isi
Daftar keunikan suku Bajau
Selain perenang dan penyelam yang handal, orang-orang Bajau juga punya keunikan lainnya seperti menjaga laut dan kepercayaan mereka.
Asal suku Bajau
Orang suku Bajau hidup di atas perahu dan mengandalkan laut untuk bertahan hidup. Mereka pun tidak menetap di satu wilayah. Faktor ekosistem menentukan kehidupan dan keberadaan mereka.
Mengenai asal usul mereka masih dalam perdebatan oleh ahli-ahli antropologi. Ada sejumlah alasan yang membuat para ahli berdebat.
Sebab, ada yang berpendapat mereka adalah berasal dari Filipina bagian Selatan. Tapi ada juga yang berpendapat suku Bajau itu dari Malaysia.
Tidak hanya berasal dari dua negara tersebut. Pendapat lain mengatakan suku Bajau adalah salah satu suku asli Indonesia yang punya kebudayaan maritim.
Keunikan suku Bajau sebagai suku yang nomaden
Gaya hidup berburu dan meramu sudah kita kenal sebagai gaya hidup yang ada pada zaman prasejarah.
Orang-orang yang hidup dengan gaya ini pun sangat mengandalkan ketersediaan dari alam dengan cara mengumpulkan makanan.
Memancing dan menombak ikan adalah contoh kegiatan dengan gaya hidup berburu sejak zaman dulu. Karenanya, orang-orang zaman prasejarah tidak pernah menetap di satu wilayah.
Mereka akan berpindah tempat ketika wilayahnya tidak lagi menyediakan kebutuhan dasar untuk bertahan hidup.
Nah, ini juga yang bis akita jumpai dan menjadi keunikan suku Bajau. Suku Bajau menggantungkan hidupnya dengan menangkap ikan untuk makan dan kebutuhan lainnya.

Mereka pun tidak membangun rumah, namun hidup di atas perahu yang disebut leppa atau sope untuk berpindah tempat.
Suku Bajau sekarang
Namun, seiring dengan kemajuan peradaban, orang-orang suku Bajau turut mengalami transformasi dalam cara hidup mereka, mengikuti perubahan zaman yang terus berlangsung.
Seperti yang kami lansir dari laman Tempo, suku Bajau adalah satu kelompok etnis minoritas yang menjadi korban karena pembangunan ekonomi dan perubahan lingkungan.
Dalam beberapa dekade terakhir, jumlah orang suku Bajo yang tinggal di wilayah pesisir juga mengalami penurunan drastis.
Kerusakan lingkungan dan perubahan iklim berdampak terhadap penurunan populasi ikan, sehingga banyak di antara mereka yang susah untuk bertahan hidup.
Selain itu, pemerintah di beberapa negara juga mengimplementasikan kebijakan yang merugikan hak-hak dan keberlangsungan hidup suku Bajau.
Penghapusan kebebasan berlayar dan mengumpulkan bahan makanan di laut adalah kebijakan pemerintah dari beberapa negara di Asia Tenggara yang merugikan bagi mereka.
Jadi, suku yang juga dikenal sebagai suku Luwaqan, Turijene, Sama, Palaquan, dan Pala’u ini mengalami perubahan gaya hidup.
Suku Bajau kini tidak lagi hidup di atas perahunya dan berpindah atau tidak lagi menjadi suku yang nomaden.
Namun, telah menjadi suku yang hidup menetap dengan membangun rumah dan membentuk perkampungan yang jauh berbeda dari sebelumnya.
Pendidikan, ekonomi, dan kebijakan pemerintah merubah suku Bajau yang sebelumnya terkenal karena keunikan mereka sebagai suku nomaden.
Kini, suku Bajau adalah orang laut yang hidup menjorok kelaut dengan rumah yang mayoritas menggunakan material kayu.
Dari yang dulunya masih berburu menggunakan alat tangkap tradisional (pancing dan tombak), kini mereka sudah mengenal alat tangkap modern, pukat, misalnya.
Tidak hanya dari alat penangkap ikan saja, kini mereka adalah orang laut yang telah melek pendidikan.
Seperti telah mengenal budidaya ikan laut bernilai ekspor dan hasilnya lebih meyakinkan, demikian yang kami lansir dari laman VOA.
Baca Juga: Sejarah Singkat Kebangkitan Negara Islandia
Punya rumah di laut
Keunikan lainnya dari suku Bajau juga bisa kita kenal dengan pemukimannya yang berada di atas air laut.
Suku Bajau memang tidak bisa hidup tanpa laut. Karena itulah jati diri mereka. Jika mereka dipindahkan ke daratan, maka mereka tak akan bisa hidup.
“Pinde kulitang kadare, bone pinde sama kadare” adalah prinsip mereka yang artinya memindahkan orang Bajo ke darat, sama halnya memindahkan penyu ke darat.
Atau bisa kita bahasakan memindahkan orang Bajau ke darat sama saja dengan merenggut kehidupannya.
Jika dulu orang suku Bajau hidup di leppa atu sope dan bebas pindah wilayah untuk mencari ikan, kini mereka sudah hidup menetap di daerah pesisir.
Kebutuhan ekonomi ialah salah satu faktor yang membuat mereka harus menetap di satu wilayah yang tidak jauh dari pesisir. Mereka membentuk satu perkampungan dengan membangun rumah terapung atau rumah panggung.
Ada pula yang membangun rumah di atas karang mati dengan material utamanya adalah kayu.
Untuk terhubung dari satu rumah ke rumah lainnya, mereka bisa menggunakan perahu.

Hadirnya negara dan mengakui mereka sebagai warga negara, tempat tinggal suku Bajau juga sudah ada yang berubah. Di perkampungan suku Bajau sudah ada jembatan kayu yang menjadi penghubung antar rumah.
Namun, rumah mereka sengaja tidak langsung terhubung dengan daratan. Karena orang Bajau menolak untuk meninggalkan jati diri mereka sebagai komunitas yang identitasnya lekat dengan kehidupan di laut.
Menjaga laut dengan kearifan lokal “bapongka”
Tidak hanya terkenal karena kemampuannya sebagai perenang dan penyelam yang ulung. Suku Bajau juga punya keunikan dalam menjaga laut sebagai tempat mereka hidup.
Bapongka adala kearifan lokal suku Bajau untuk pergi melaut secara berkelompok dan mengajak keluarga (istri dan anak) dalam waktu tertentu.
Dengan menggunakan perahu berukuran 4 x 2 m orang Bajau akan pergi melaut untuk memenuhi kebutuhan keluarga bersama kelompoknya.
Dan, mereka akan pulang ke rumah setelah 2 minggu hingga satu bulan lamanya.
Telah terjadi sebuah kesepakatan sesama orang Bajau untuk bisa melangsungkan kearifan lokal satu ini. Umumnya, mereka selalu menyelenggarakan kearifan lokal ini satu bulan sebelum ramadan.
Pasalnya, kearifan lokal bapongka lebih cenderung sebagai kegiatan untuk mencari kebutuhan hidup dan menabung selama satu bulan kedepan. Terlebih untuk persiapan menyambut bulan ramadan.
Kearifan lokal bapongka suku Bajau pun punya keunikan tersendiri.
Selama bapongka berlangsung ada sejumlah pantangan yang harus mereka patuhi.
Jika tidak mereka patuhi akan ada satu hal yang tidak mereka inginkan. Selain itu, mereka juga percaya bahwa penguasa laut yang mereka sebut Mbo akan marah.
Pantangan-pantangan yang mereka percayai selama berlangsungnya bapongka pun beragam. Mereka percaya bahwa membuang ampas kopi, air cucian beras, air jahe, kulit jeruk, dan perasan jeruk akan mendatangkan hal buruk.
Jadi, saat bapongka berlangsung orang suku Bajau memilih untuk menampungnya di satu tempat di atas perahu.
Kemudian, membuangnya ketika sudah sampai di daratan berbarengan pada saat mereka menukarkan hasil tangkapannya.
Baca Juga: Adat Sasi Laut Maluku: Wisata Budaya Pulau Seram
Kepercayaannya
Mayoritas orang suku Bajau menganut ajaran Islam.
Sebagai orang yang menganut kepercayaan ajaran Islam, orang Bajau juga percaya terhadap roh-roh seperti penguasa laut yang disebut Mbo.
Bahkan mereka meyakini, jika telah melanggar pantangan pada kearifan lokal bapongka akan terjadi suatu hal yang tidak baik.
Baca Juga: Sejarah dan Misteri Patung Moai di Pulau Paskah
Keunikan suku Bajau yang mampu menyelam hingga 70 m dalam satu kali napas
Film Hollywood berjudul Avatar: The Way of Water merupakan film yang sukses meraup keuntungan hingga Rp13, 3 T.
Dalam ceritanya, film ini menggambarkan kehidupan masyarakat planet lain yang bertahan hidup di lingkungan laut dan pantai.
Sutradara James Cameron mengakui jika ia terinsipirasi dari salah satu suku yang ada di Indonesia, suku Bajau.
Kemampuannya dalam berenang dan menyelam merupakan keunikan dari suku Bajau.
Berenang sudah seperti kemampuan bawaan dari lahir bagi suku Bajau. Berenang ialah keterampilan dasar orang laut untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan mencari ikan.
Sedangkan menyelam menjadi keterampilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Sebagai keterampilan tambahan, orang Bajau mampu menyelam hingga kedalaman 70 m dalam satu kali napas.
Kemampuan bertahannya memang luar biasa sekali. Beda dengan kemampuan manusia pada umumnya. Orang Bajau bisa menahan napasnya di dalam air hingga 6 menit untuk mencari ikan dengan panah dan tombaknya.
Dari hasil sebuah penelitian, orang suku Bajau memang punya keunikan di salah satu organ tubuhnya.
Limpa orang-orang Bajau ini pun diketuahi punya ukuran lebih besar 50% dari manusia lain pada umumnya.
Dengan limpanya yang besar, orang-orang suku Bajau punya kapasitas besar untuk menyimpan oksigen saat menyelam.
Sehingga orang suku Bajau bisa menyelam di perairan hingga kedalaman 70 m selama 5 menit.
Alat mencari ikan orang suku Bajau
Orang suku Bajau punya pengetahuannya lokal dalam menjaga laut dan jumlah ikannya. Pasalnya, mereka sangat mengandalkan laut sebagai sumber kehidupan.
Jadi, laut harus selalu dijaga untuk kebutuhan hidup. Salah satunya tidak menggunakan peralatan yang merusak ekosistem laut.
Alat tangkap yang masih berlaku dan mempunyai keunikan tersendiri di suku Bajau itu pun terdiri dari:
- misi (memancing),
- ngarua (memukat), dan
- mana (memanah).
Peralatan menangkap ikan itu pun mereka gunakan untuk mencari ikan dengan tiga lokasi penangkapan, yakni: perairan dalam, gugusan karang, dan pantai.
Penyebaran orang suku Bajau di Indonesia
Indonesia merupakan negara dengan wilayah perairan luas dan terdiri dari ribuan pulau.
Di perairan yang luas itu hidup berbagai jenis ikan, terumbu karang, lamun, dan mangrove yang menjadi satu kesatuan dalam ekosistem laut.
Orang suku Bajau yang selalu mempertahakan keunikannya sebagai orang laut atau orang maritim itu pun memanfaatkan laut sebagai sumber kehidupan.
Keberadaan suku Bajau di Indonesia tidak hanya memperkuat identitas negara sebagai tanah yang kaya akan keragaman suku. Tetapi juga menggambarkan jati diri Indonesia sebagai negara maritim—meskipun konsep tersebut belum sepenuhnya diwujudkan.
Indonesia bagian Timur pun menjadi wilayah orang-orang Bajau untuk bertahan hidup karena punya banyak ikan dan ekosistem laut yang lebih baik.
Berikut sebaran wilayah Indonesia yang menjadi tempat orang Bajau untuk mengembangkan populasi dan menjaga komunitasnya:
- Sulawesi Selatan (selat Makassar, teluk Bone, Bajoe),
- Sulawesi bagian Utara (Kimabajo, pulai Nain, Torosiaje),
- Bagian Tengah Sulawesi (Teluk Tomini, Kepulauan Togian, dan Banggai),
- Sulawesi Tenggara (Lasolo, Tinanggea, Pulau Saponda, Tiworo Kepulauan, Wakatobi (Wanci, Kaledupa, Tomia), Pasarwajo, Mawasangka, Kolaka, Pomala, Watubangga, Wolo, Lasusua, Pakue),
- Kalimantan Timur (sekitar Bontang, Sabah Timur dan Kepulauan Sulu),
- Nusa Tenggara Timur (Alor, Kupang, dan Flores dan sekitarnya),
- Nusa Tenggara Barat (Bungin),
- Maluku Utara (Bacan).
Sedangkan suku Bajau terbesaar di Indonesia berada di Kepulauan Wakatobi, Sulawesi Tenggara
Nah, itulah daftar keunikan suku Bajau dan wilayah penyebarannya di Indonesia.
Bagi yang ingin memahami lebih dalam tentang sejarah maritim dan kehidupan masyarakat pesisir Indonesia, ulasan kami dapat menjadi panduan yang menarik.
Eksplorasi ini akan membawa Anda ke dalam cerita penuh warna tentang budaya, tradisi, dan hubungan erat antara masyarakat pesisir dengan laut yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka.
Baca Juga: