Bermula dari 7 Telur: Cerita Rakyat Raja Ampat Papua Barat

Last Updated on 4 December 2024 by Adha Susanto

Estimated reading time: 5 minutes

Konon, ada cerita rakyat empat raja yang memimpin pulau-pulau Raja Ampat yang menjadi destinasi wisata dunia. Bermula dari tujuh telur naga yang kemudian menetas menjadi manusia, cerita rakyat Papua Barat ini pun begitu melegenda.

Raja Ampat ialah sebuah daerah kepulauan yang kini mendunia.

Pemandangannya yang begitu eksotis menempatkan daerah yang berada di Papua Barat ini salah satu destinasi wisata favorit.

Dari cerita rakyat Papua Barat yang begitu melegenda itu pun ada empat raja yang masing-masing memimpin empat pulau utama.

Nah, 4 pulau utama itu pun meliputi Pulau Waigeo, Batanta, Salawati dan Misool.

Tidak hanya empat pulau utama, di Raja Ampat Papua Barat juga terdiri dari gugusan pulau-pulau kecil yang jumlahnya 1.800 pulau.

Cerita rakyat Pulau Raja Ampat terdapat berbagai macam versi. Dan telah diwariskan turun-temurun.

Salah satu versi cerita rakyat Papua Barat yang memimpin pulau-pulau di Raja Ampat yang begitu populer bermula dari penemuan tujuh telur.

Berikut cerita singkatnya.

Baca Juga: 3 Tempat Tujuan Wisata Pantai Favorit di Sukamara

Cerita rakyat Papua Barat

Terdapat sepasang suami istri yang tinggal di pinggir sungai Wawage atau Kali Raja.

Kini wilayah itu masuk dalam Kampung Wawiyai, Distrik Tiplol Mayalibit.

Sepasang suami istri itu pun sudah lama menikah. Namun, belum di karuniai keturunan yang bisa membuatnya terhibur dan terbantu di rumah.

Suami istri ini pun selalu berdoa setiap harinya agar segera dikaruniai momongan oleh Tuhan.

Singkat cerita, pada satu hari, sepasang suami istri ini pergi kehutan untuk mencari persediaan kayu bakar di rumah.

Terlebih, tak lama lagi musim penghujan akan terus membasahi kayu-kayu.

Hingga sinar matahari yang mengguyur tepat di atas kepala, kayu bakar belum juga cukup untuk dibawa pulang.

Tidak terlalu memperdulikan guyuran sinar matahari yang terus jatuh di atas kepala, mereka pun terus melanjutkan pencarian.

Lalu sampailah mereka ke tepi sungai Waikeo. Karena sudah terlalu keras mencari persediaan kayu bakar, tubuh pun tidak bisa dibohongi.

Lelah sekali.

Mereka memutuskan untuk beristirahat di tepi sungai Waikeo.

Bukannya beristirahat dengan minum air yang begitu segar. Ternyata perhatian sang suami tertuju pada sebuah lubang besar.

Nah, di dalam lubang besar itu pula, dilihatnya ada sesuatu berwarna putih.

Karena begitu penasaran, ia pun menghampiri untuk memastikan apakah gerangan yang ada di dalam lubang itu.

Ada tujuh butir telur yang ukurannya tidak biasa. Lebih besar dari telur ayam.

Sontak ia pun terkejut. Lalu memanggil istrinya untuk melihat.

Istrinya pun tak kalah terkejut saat melihat telur-telur yang begit besar itu.

Karena memang telur, namun ukurannya yang tidak biasa. Suami istri itu pun sepakat untuk membawanya pulang.

Baca Juga: Pulau Oksigen Terbaik di Indonesia: Pulau Gili Iyang, Madura

Menetasnya telur

Bukan berisi seekor hewan, telur besar yang mereka bawa pulang itu pun menetaskan manusia.

Inilah yang kemudian menjadi versi cerita rakyat Papua Barat yang begitu ternama sebagai awal mula Raja Ampat.

Dari 7 telur yang mereka bawa, ada 5 telur yang menetaskan manusia. Empat laki-laki dan seorang perempuan.

Satu telur menetas namun menjadi roh atau makhluk halus. Sedangkan satu telur lagi menjadi sebuah batu.

Batu yang menetas dari telur itu pun bernama Batu Telur Raja. Hingga kini batu telur raja masih tersimpan di Situs Kali Raja.

Melihat telur yang telah menetas menjadi sosok manusia sepasang suati istri itu pun begitu bahagia.

Doa sepanjang hari yang mereka kirimkan ke langit terjawab juga.

Mereka memberikan nama kepada ke empat anak laki-laki dan satu perempuan itu.

Anak itu pun bernama War, Betani, Dohar, dan Mohammad. Nah, yang perempuan bernama Pintolee.

Kejadian Pintolee

Dalam ceritanya ada sebuah kejadian pada anak perempuan. Karenanya cerita rakyat Papua Barat ini pun begitu berwarna.

Singkat ceritanya adalah sebagai berikut.

Kelima anak yang menetas dari telur-telur itu terkenal sebagai anak yang baik dan rajin membantu orang tua hingga lingkungan sekitarnya.

Kehidupan keluarga sangat sejahtera dan pertaniannya tambah luas.

Sayangnya ada sebuah kejadian telah membuat malu keluarga. Pintolee si anak perempuan satu-satunya ternyata jatuh cinta pada seorang pemuda dari desa lain.

Kedua orang tua dan ke empat kakak Pintole tidak suka dengan pemuda pilihan Pintolee.

Namun, Pintolee tetap cinta dan bersikeras untuk menikah dengannya. Karena tidak mendapat restu, Pintolee pun kabur dari rumah.

Mereka pergi menaiki sebuah kulit kerang besar dan berlayar hingga di Pulau Numfor, lalu menikah di sana.

cerita rakyat papua barat
Pulau Raja Ampat Papua Barat

Ditetapkannya raja-raja di pulau Raja Ampat

Anak perempuan satu-satunya telah. Tinggallah empat kakak Pintolee yang masih bersama orang tuanya.

Seiring berjalannya waktu dan ayah semakin tua. Sebelum ajal tiba menjemput, ayah membagikan warisan pulau untuk setiap anak laki-laki.

War mendapatkan Pulau Waigeo, Betani Pulau Salawati, Dohar Pulau Lilinta, dan Mohamad mendapatkan Pulau Waiga.

Ayah yang telah merawat mereka dari kecil itu pun berpesan kepada semua anak laki-lakinya agar selalu menjaga pulau-pulau yang telah teramanahkan.

Berikut adalah kalimat yang telah saya edit:

Amanah dari sang ayah mereka jalankan dengan baik. Hingga akhirnya, mereka menjadi raja di setiap pulau.

Dari sinilah sebutan Raja Ampat yang berarti empat orang raja, mulai di kenal.

Seperti itulah versi cerita rakyat Papua Barat yang begitu singkat sebagai awal mula penamaan Raja Ampat.

Baca Juga: Sejarah dan Misteri Patung Moai di Pulau Paskah

Tinjauan sejarah nama pulau Raja Ampat dan Cerita Rakyat Papua Barat

Pulau Raja Ampat di abad ke-15 adalah bagian dari kekuasaan Kesultanan Tidore.

Kerajaan Tidore adalah kerajaan besar di Kepulauan Maluku. Kemudian kesultanan Tidore menunjuk empat orang raja lokal untuk menjalankan pemerintahan di Pulau Raja Ampat.

Empat orang raja akan itu berkuasa di Pulau Waigeo, Batanta, Salawati dan Misool.

Pulau-pulau itu adalah pulau terbesar dalam jajaran kepulauan Raja Ampat hingga kini.

Dari sisi sejarah, nama Raja Ampat berasal dari empat orang raja yang memerintah gugusan pulau tersebut.

Demikianlah cerita rakyat Papua Barat yang sudah tersohor sebagai destinasi yang begitu menawan.

Baca Juga: Sejarah Terbentuknya Pulau Gili Trawangan Lombok

Referensi: