Last Updated on 20 May 2024 by Adha Susanto
Estimated reading time: 4 minutes
Ikan hias capungan Banggai atau capungan Ambon adalah ikan karang endemik asli Indonesia ciri khasnya yang menarik. Untuk habitat alami ikan capungan banggai dapat terjumpai di perairan laut dangkal hingga dalam yang berkarang.
Melansir dari laman Indonesia.go.id sejak Agustus 2021 capungan Banggai resmi menjadi maskot ikan hias laut Indonesia. Mengapa demikian, yuk simak uraian menariknya!
Ciri dan habitat ikan hias Capungan Banggai
Awal penemuan ikan ini berasal dari kerja keras seorang peneliti yang bernama Walter Kaudern. Ketika itu W. Kuadren sedang melakukan ekspedisi pada tahun 1917 – 1920 di perairan Pulau Banggai. Kemudian ia menemukan dua spesimen ikan dari famili Apogonidae (Cardinalfishes).
Sebagai bentuk penghargaan atas kerja keras W. Kaudern. Maka ikan ini pundi beri nama spesies kauderni.
Sehingga nama ilmiah ikan Capungan Banggai adalah Pterapogon kauderni. Yang mana nama tersebut berasal dari bahasa Yunani. Yaitu pter yang berarti sirip, apo berarti panjang, gon mengerami di mulut dan kauderni nama penemunya.
Statusnya sebagai ikan hias endemik atau asli Indonesia. Ikan yang juga memiliki nama lain Capungan Ambon ini memiliki beberapa ciri khas.
Nah, berikut ini beberapa ciri khasnya:
- Tubuhnya agak pipih
- Mata besar berwarna hitam
- Memiliki sirip seperti layar kapal
- Maksimal panjang tubuhnya 7,5 cm
- Sirip ekor bercabang mirip hewan capung
Pada habitatnya ikan capungan terdiri dari 27 genus dan 250 spesies, lima dari 250 spesiesnya adalah sebagai berikut:
- Red ruby cardinalfish (Apogon coccineus)
- Orbiculate cardinalfish (Sphaeramia orbicularis)
- Spottail cardinalfish (Pseudamia amblyuroptera)
- Bluestreak cardinalfish (A. leptacanthus)
- Ruby cardinalfish (A. erythrimus)
Serta tiga jenis ikan capungan lainnya yang sangat populer sebagai ikan hias antara lain:
- A. cyanosoma atau capungan liris
- P. kauderni atau capungan Ambon atau Banggai
- S. nematoptera atau capungan Jakarta
Untuk penyebaraannya sendiri sangat melimpah di perairan timur Indonesia. Seperti Maluku, Flores dan Bali.
Serta terdapat juga pada habitat perairan berkarang barat Indonesia seperti Banyuwangi, Binuangeun, Lampung, dan Kepulauan Seribu.
Reproduksi ikan capungan Banggai atau Ambon
Untuk menjaga kelangsungan hidup pada habitat alaminya, ikan banggai memiliki kemampuan reproduksi yang sama dengan ikan umumnya.
Indukan jantan dan betina akan melakukan perkawinan saat sel sperma dan telur mereka sudah matang.
Sebelum perkawinan terjadi terdapat tingkah laku yang unik dari sepasang ikan yang akan kawin. Atau bisa juga kita katakan semacam ritual untuk dapat memancing hasrat seksualnya.
Beberapa tingkah laku unik ikan capungan Banggai atau Ambon saat kawin adalah sebagai berikut:
- Dua jenis indukan yang matang sel sperma dan telur akan memisahkan diri dari kelompoknya
- Melakukan gerakan dansa (mating dance) sebelum mengeluarkan sel sperma dan telurnya
- Telur terperam dalam mulut indukan jantan selama 10 – 12 hari
- Tidak mengalami fase kehidupan planktonik
Nilai ekonomi ikan
Sejak tahun 1933 capungan Banggai menjadi salah satu koleks ikan hias air laut. Sehingga perburuan ikan ini pada habitat terumbu karang terus meningkat. Guncangan penurunan populasi pun terjadi.
Kemudian pada bulan Januari tahun 2016, Amerika Serikat menggolongkannya sebagai ikan dengan status endangered species. Serta tecantum pula dalam daftar hewan terancam punah oleh lembaga konservasi dunia atau IUCN.
Untuk mengatasi statusnya yang terancam punah. Melalui Balai Perikanan Budi Daya Air Laut (BPBL) Ambon, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melakukan penelitian pengembangan budi daya BCF.
Riset dan pengembangan pun membuahkan hasil. Ikan capungan Banggai berhasil untuk kawin dalam sistem budidaya keramba apung.
Semenjak keberhasilan pengembangan budidaya ikan capungan. Maka per Agustus 2021 ikan ini menjadi ikan hias asli Indonesia yang boleh di perdagangkan secara luas.
Kini menjadi maskot ikan hias air laut yang mewakili dari 650 spesies ikan lainnya Indonesia lainnya.
Melansir dari laman Indonesia.go.id, ikan ini berhasil menembus perdagangan ekspor dan nasional dengan volume antara 1,1–1,4 juta ekor. Dengan harga sekitar Rp20 ribu–Rp25 ribu per ekor.
Baca Juga: Ikan Cucut Laut: Jenis dan Ciri