Biofouling Adalah: Proses dan Dampak

Last Updated on 20 May 2024 by Adha Susanto

Estimated reading time: 3 minutes

Biofouling adalah menempelnya hewan laut seperti teritip pada permukaan benda keras yang terendam air laut. Proses biofouling sendiri membutuhkan waktu yang bermula dari penempelan mikroba biofilm. Dampak biofouling sangatlah besar, salah satunya menghambat laju kapal maka cara mengatasi dampaknya yakni memperhalus permukaan.

Biofouling terdiri dari dua golongan organisme, yaitu mikroskopik dan makroskopik. Organisme biofouling yang termasuk golongan mikroskopik terdiri dari diatome, protozoa, bakteri dan rotifer. Sedangkan golongan organisme makroskopik adalah makroalga, moluska, dan sponge.

Proses biofouling

Tahapan pertama terjadinya biofouling adalah Biofilm. Biofilm adalah suatu keadaan lingkungan yang mana telah terjadinya adsorpsi makromolekul organik pada permukaan benda keras dalam air laut.

Ketika kondisi lingkungan yang sesuai sudah terbentuk kemudian terjadilah penempelan bakteri dan organisme sel tunggal lainnya.

proses biofilm hingga terjadinya Biofouling
Proses Biofilm hingga Biofouling (Mansouri et al., 2009).

Menempelnya bakteri laut pada permukaan membran inilah yang menjadi awal pembentukan kondisi biofilm. Bakteri yang telah mengendap akan berkembang biak dan menghasilkan senyawa yang berperan terhadap pembentukan biofouling.

Bakteri biofilm berperan untuk menghasilkan suatu senyawa. Senyawa tersebut berfungsi untuk meningkatkan sistem pertahanan komunitas fouling yang hidup pada permukaan benda keras.

Permukaan benda yang telah tertempeli bakteri kemudian membentuk film. Fungsi Film dalam proses biofouling adalah membantu proses penempelan (settlement) dan metamorfosis organisme lain.

Selain itu Film memberikan substansi yang penting untuk kehidupan organisme penempel lainnya seperti diatome, makroalga, dan moluska.

Waktu yang dibutuhkan untuk menempelnya koloni pertama (bakteri & diatom) dengan koloni kedua (jamur & protozoa) terjadi sekitar satu minggu.

Organisme makroskopik (makroalga & moluska) sebagai koloni ketiga kemudian menempel pada lapisan film yang terbentuk oleh organisme mikroskopik.

Baca Juga: Zooxanthellae Adalah Organisme Mikroskopik Sangat Penting

Faktor yang mempengaruhi proses biofouling

Faktor yang mempengaruhi proses terjadinya biofouling terdiri dari

  1. Karakteristik permukaan penempelan
  2. Karakteristik bakteri,
  3. Tekanan, dan
  4. Faktor lingkungan lainnya

Sedangkan untuk teritip adalah salah satu hewan laut berukuran besar dan sering kita kenal sebagai hewan utama dalam biofouling. Hewan ini termasuk organisme dalam kelas crustacea. Ciri khas utamanya yakni seluruh tubuhnya tertutup oleh cangkang kapur (CaCO3).

Kehidupan teritip laut terbagi dalam dua stadium, yaitu larva dan dewasa.

Stadium Larva

Pada stadium larva sifat utamanya planktonik (nauplius & cypris)

Stadium dewasa

Sedangkan saat dewasa teritip bersifat sesil (menempel). Melakukan perkembangbiakan dengan sistem hermaphrodite.

Hewan hermaphrodite adalah hewan yang terdiri dari dua organ reporduksi sekaligus (jantan & betina), sehingga teritip mampu membuahi dirinya sendiri.

Dampak penempelan biofouling adalah

dampak menempelnya hewan teritip dan cara mengatasi biofouling
Dampak biofouling dan hewan teritip (Minchin & Sides, 2006)

Terjadinya biofouling memiliki dampak dua diantaranya adalah merusak infrastruktur pantai dan kapal. Infrastruktur laut akan cepat rusak dan mengurangi masa pakainya. Sedangkan kapal laut berdampak pada menurunnya kecepatan dan manuver jelajah.

Cara mengatasi biofouling adalah

Untuk mengatasi biofouling pada infrastruktur dan kapal memiliki cara yang berbeda.

Pada infrastruktur umumnya menggunakan bahan beton yang mengandung anti fouling.

Sedangkan pada kapal. Cara mengatasi biofouling adalah dengan memperhalus permukaan kapal menggunakan cat anti fouling ramah lingkungan. Cat yang harus menjadi pelapis kapal pun berwarna cerah.

Baca Juga: Proses Terbentuknya Cangkang Kerang