Last Updated on 20 May 2024 by Adha Susanto
Estimated reading time: 4 minutes
Tak banyak yang bisa dilakukan selain sabar, dan terus meningkatkan keterampilan menulis, hingga membaca buku yang kadang sebagai pelarian.
Dan untuk meningkatkan motivasi hidup selain bekerja. Mewujudkan mimpi bersama seorang wanita yang sudah saya lamar sukses membuat saya berpikir panjang dalam berkarier, dan kesungguhan menjalankan kewajiban.
Hingga sekarang, secara karier tidaklah seistimewa dari teman-teman yang berada di kota.
Hanya saja dukungan teknis dari abduljalil.my.id membuka jalan untuk bisa menikmati aktivitas yang banyak dilakukan oleh orang-orang di kota – menjadi penulis konten blog.
Meniti karier dari desa memang harus banyak sabarnya. Suasana desa yang santai, dan demikian pula dengan saya memberikan banyak kesempatan untuk membuka dan membaca buku sebagai pelarian.
Bukan tanpa harapan dan keinginan untuk menjadi lebih. Mengelola kebun kelapa sawit, menjadi tenaga non ASN, dan ngonten di blog membuka banyak harapan.
Tangan kapalan dan kulit hitam pun jadi kebanggaan, karena dua ciri fisik tersebut ialah tanda seorang pekerja keras di Kalimantan. Eeaaa – padahal banyak tidur aja sih, kalo siang.
Meyakinkan diri
Mantap dan yakinnya saya dalam meniti karier dari desa karena masih sama-sama punya pendidikan tinggi seperti teman-teman lainnya.
Sebagai alumni kelautan yang dilatih kuat menghadapi tingginya gelombang. Saya tumbuhkan keyakinan terhadap waktu dan kuasa Tuhan yang mengatur hambanya ketika sudah jatahnya.
Terlebih, sudah sering kali mendengar informasi terhadap nasib tenaga non ASN. Walau info nasib baik dan buruk tertelan semua, hahaha.
Untuk bekerja di kolam Terantang, saya pun masih senang-senang saja. Tidak banyak pekerjaan serius yang harus dilakukan, selain menikmati ikan nila dan patin bakar yang selalu sukses memadamkan lapar.
Hal lain yang saya kelola ialah emosional yang kadang pasang dan surut. Seperti pasang surut air laut yang dipengaruhi gaya gravitas bumi terhadap bulan dan matahari.
Nih, ya, saat emosi lagi pasang, pikiran untuk meninggalkan kolam Terantang sering menguat.
Bahkan saya sudah berkali-kali kirim surat elekronik, tapi hanya satu dua kali mendapatkan panggilan hingga tahap wawancara.
Itu pun siap menerima pekerjaan sebagai sales dan customer service agen pulsa yang siap digempur gelombang kapan saja, seperti terumbu karang.
Terumbu karang sudah pasti kuat membendung terjangan gelombang, bahkan memberikan banyak manfaat. Nah ini, malah sebaliknya.
Singkat cerita, tawaran menjadi sales pakan dan obat ikan sempat saya terima hingga tahap wawancara.
Tapi saya gagalkan karena suatu hal yang tidak saya pikirkan, karena terbawa emosional belaka.
Begini ceritanya
Pada waktu itu, calon mertua dan kita sebut saja camer mengirim pesan. Camer mengirim pesan suara melalui kekasaih saya, dengan pesan kurang lebih seperti ini.
“Mesakne mamak le, ojo mung mikir pengen kerjo neng Jowo ntok”.
Ya, pada waktu itu, saya tidak terlalu berpikir panjang. Gengsi anak laki-laki yang masih labil banget. Tawaran itu datang ketika mamak memang baru pada fase pemulihan, setelah tiga hari menginap di rumah sakit.
Berkali-kali pula mamak bertanya “memang kapan le budal?” dan “sesok nengendi le kerjone?”
“Masih menunggu kepastian penempatan dan tanggal dari pihak perusahaan”. Jawab saya.
Seorang cowok yang masih belum bisa berpikir panjang dan mendalami perasaan orangtua.
Doa mamak, agar anak laki-lakinya tidak pergi dari rumah, dan tetap mengurus kebun sawit terjawab oleh Tuhan melalui calon besannya.
Setelah calon besan mamak menyampaikan pesan suara, hati pun terbuka.
Terbuka pikiran dan perasaan untuk terus menemani mamak yang masih rawat jalan untuk memulihkan ingatan dan kerja sistem sarafnya.
Keputusan untuk menolak tawaran sebagai sales obat dan pakan ikan pun membulat, terlebih keluarga orangtua di Jawa menyampaikan pesan yang sama.
Pengaruh Buya Hamka
Tak bosan mendengar dan menerima nasihat untuk tetap sabar dalam meniti karier.
Setiap orang itu sama-sama mencari rezeki dengan cara berbeda, tapi harus tetap pada jalan yang diberkahi-Nya.
Beberapa hari kemudian, saya mendapat telepon oleh pihak perusahaan, dan menanyakan motor apa yang akan digunakan nanti.
Keputusan untuk mundur itu pun tidak saya jawab melalui telepon pada waktu itu juga. Namun, saya sampaikan melalui pesan singkat di Whatsapp.
Syukur alhamdulillah, setelah menyampaikan pesan singkat tersebut, hati lebih tenang. Kemudian, bertahan di kolam Terantang dengan keyakinan dan pasrah kepada pencipta.
Menguatkan diri dengan membaca literatur agama mampu mengalihkan perhatian.
Hingga bertemulah dengan buku Tasawuf Modern karya Prof. Buya Hamka. Tulisannya bagai vaksin yang sukses membuka hati dan pikiran saat sedang terpapar virus.
Buya Hamka berpesan, laki-laki harus bekerja, hasilnya dipasrahkan kepada Allah Swt, setelah semua kita lakukan dengan maksimal.
Terus saya jalani dengan keluhan yang tidak pernah absen. Saya pun terus mengalihkan perhatian dengan meningkatkan keterampilan menulis di blog.
Secara hasil, blog belum bisa mengimbangi hasil kebun.
Tidak ambil pusing, sebab menulis ialah bagian dari hobi yang saya latih dari kuliah, dan memang mencari kesibukan. Terlebih, pengen deh menjadi penulis konten profesional, selain mencari kesibukan.
Untuk menulis tentu harus banyak baca, ya. Oleh karena itu, kesibukan lainnya disaat saya tidak pernah bekerja mencapai 40 jam/minggu itu pun terisi dengan membaca.
Pada 16 Desember 2023, saya pun dinyatakan lulus sebagai ASN PPPK, setelah mengikuti ujian berbasis CAT, pada Jumat, 17 November 2023.
Bakal ada kesibukan baru yang harus saya adaptasikan. Semoga kebun sawit dan menulis di blog tetap berjalan seperti biasa.
Serta terus mempersiapkan dan mematangkan diri sebagai kepala keluarga yang tidak lama lagi akan saya jalani. Bismillah.
Baca Juga: 5+ Alasan Kenapa Orang Harus Bekerja